Tetap Semangat Walau Berjarak
Ramadhan kali ini memang berbeda, tak seperti tahun-tahun sebelumnya. Pun lebaran kali ini, kita tak bisa saling bercengkrama bersama. Hiruk-pikuk kesibukan kota tak lagi sama seperti sedia kala. Sunyi, rasanya kosong bagai gelas tak berisi. Sebenarnya rindu keluarga, rindu bersua dengan teman-teman. Tapi apalah daya kondisi yang tak memungkinkan untuk kembali ke tempat yang paling nyaman: Rumah.
Ruang persegi itu lengang tak ada suara. Namun gemuruh hati selalu meronta-ronta ingin menumpahkan segala air mata. Aku paham, yang ingin pulang bukan hanya diriku. Yang ingin lebaran bersama keluarga bukan hanya aku.
Ku raih ponsel pintarku untuk menghubungi ibu.
"Assalamu'alaikum bu, bagaimana kabar ibu?"
"Wa'alaikumsalam kak. Alhamdulillah ibu baik. Kakak gimana?"
Suara lembut itu yang sangat aku rindukan. Ingin sekali mendekap di pelukannya. Ah ibu, kakak rindu..
"Alhamdulillah kakak baik bu. Adek dan ayah gimana kabarnya bu?"
"Sehat semua kak"
"Bu, mohon maaf lahir dan bathin. Kakak minta maaf ya bu kalo pernah bikin hati ibu kecewa, marah, sedih. Lebaran kali ini kakak ga bisa pulang bu"
"Iya kak. Kakak jangan sedih ya. Meski lebaran kali ini kakak tidak bisa di sini. Semoga kakak selalu sehat di sana"
Tuhan, lagi aku rindu sekali dengan wajah kedua orang tua. Tak bisakah kau angkat wabah ini segera?
Air mata yang sedari tadi ku tahan tak kuat lagi untuk ku bendung. Tumpah, benar-benar tumpah.
"Bu, maaf ya kakak belum bisa ngasi ibu, ayah, adek hadiah lebaran. Maaf ya bu kakak belum bisa bahagiain kalian. Doaian kakak bu biar cepat sukses"
"Tak apa kak. Ibu sudah bahagia denger kakak baik-baik aja. Jangan sedih ya kak, semangat. Ibu pasti selalu doaian kakak agar menjadi orang yang sukses"
Bagiku, doa kedua orang tua adalah hal yang paling penting dari segalanya. Tanpa doa dan ridho-Nya serta ridho dari mereka aku bukanlah siapa-siapa.
"Makasih bu. Kakak sayang ibu. Kakak tutup dulu ya bu telponnya. Salamkan kepada ayah dan adek. Wassalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam. Selamat hari raya idul fitri ya kak"
"Hehe, iya bu. Selamat hari raya idul fitri"
Selepas bercakap dengan ibu via ponsel pintar, ku hapus air mataku yang sedari tadi tak berhenti keluar. Rasanya seperti ada kekuatan baru untukku menjalani kehidupan ini. Menjadi anak rantau, jauh dari keluarga dan kampung halaman memanglah resiko untuk kita yang sedang menimba ilmu. Kita jadi lebih menghargai waktu bahwa setiap detik, menit, jam yang tersisa jangan pernah lupakan keluarga. Sesibuk-sibuknya kuliah, sebejibunnya tugas, obat paling ampuh adalah mendengar suara kedua orang tua.
Teruntuk kalian yang tahun ini belum bisa pulang ke kampung halaman, sabar dulu ya. Berdoa saja semoga keadaan cepat pulih kembali. Sederas-derasnya hujan pasti akan reda, pelangi pun tiba. Semua pasti akan segera berlalu. Kita dapat bersua kembali dan berbagi cerita bersama. Tetap semangat walau berjarak, saling komunikasi agar tak memutus tali silaturahmi.
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1441H. Anak kos jangan pada sedih ya. Hehe..
------------------------------------------------------------------------Cerita ini dikemas sedemikian rupa untuk mereka yang sedang berada jauh dari keluarga. Berdasarkan pengalaman teman-teman juga membuat saya terinspirasi untuk menulis cerita:)
Komentar
Posting Komentar